Home / Berita / Fakta Kakek Prabowo Rm Margono Jadi Jagoan Nasional

Fakta Kakek Prabowo Rm Margono Jadi Jagoan Nasional

Prabowo Subianto dikala berziarah di makam sang kakek RM Margono Djojohadikusumo di kompleks pemakaman Dawuhan, Banyumas, Jawa Tengah
 

 

Surabaya

Kakek Presiden Prabowo Subianto, RM Margono direkomendasikan menjadi Pahlawan Nasional. Usulan tersebut berasal dari Sygma Research and Consulting.

Mereka menggelar Focus Group Discussion (FGD) membahas Kajian Historis Usulan Gelar Pahlawan Nasional bagi RM Margono Djojohadikoesoemo di Aula PWI Jatim, Surabaya.

Berikut sejumlah fakta kakek Prabowo direkomendasikan jadi Pahlawan Nasional:

 

Baca juga: Teka-Teki Menteri Keuangan Sehabis Konferensi Prabowo Dan Sri Mulyani

 

1. Studi Historis

Dalam FGD tersebut, sebanyak empat narasumber dihadirkan. Ada Iwannudin Iskandar, eks Ketua PWI Jatim Luthfil Hakim, Prof Drs Ec Abdul Mongid, M.A., Ph.D, dan Prof Dr Purnawan Basundoro, S.S., M.Hum.

 

Studi historis mendalam mengkaji kiprah RM Margono Djojohadikoesoemo dalam sejarah Indonesia. Para jago sepakat kakek Kepala Negara Prabowo Subianto seorang tokoh nasional, negarawan, politikus, dan ekonom.

2. Ide Usulan dari Jawa Timur

Ide anjuran Pahlawan Nasional ini berasal dari Jatim, bukan dari tempat kelahiran RM Margono Djojohadikoesoemo di Kabupaten Banyumas. Pertimbangan inilah yg melatarbelakangi penetapan Hari Pahlawan Nasional di Surabaya.

 

“Jawa Timur ingin menjadi penggerak mudah-mudahan RM Margono Djojohadikoesoemo menerima penghormatan tersebut, dan saya percaya dia sungguh berhak atasnya,” kata Yuristiarso Hidayat, Komisaris Sygma Research and Consulting, Jumat (25/10/2024).

3. Akan Dilakukan Kajian Mendalam

Selanjutnya, kajian mendalam akan ditangani bareng akademisi dan praktisi lewat roadshow di aneka macam kota. Usulan ini sendiri telah disokong Pemkab Banyumas.

Dukungan akademisi dan praktisi ini ialah salah sesuatu syarat menerima gelar Pahlawan Nasional, yakni melibatkan sejumlah dokumen utama dan kerja sama peneliti, sejarawan, serta aneka jenis pihak yg terlibat dalam penyusunan kajian.

“Kajian ini ialah bab dari upaya kami untuk mengenang dan mengapresiasi kiprah dia yang telah selayaknya sanggup gelar Pahlawan Nasional, sekaligus selaku bentuk peran serta kami dalam memperkaya literatur sejarah Indonesia,” ujar Komisaris Sygma Research and Consulting Anna Luthfie.

Baca juga: wikipedia

4. Sosok RM Margono

Raden Mas Margono Djojohadikoesoemo yg lebih dipahami selaku RM Margono Djojohadikoesoemo lahir pada 16 Mei 1894. Ia yakni putra keenam dari Prof. Dr. Soemitro Djojohadikusumo, seorang begawan ekonomi Indonesia.

Keluarganya dipahami selaku pejuang, di mana kedua abang Prof Soemitro, Kapten Anumerta Soebianto Djojohadikoesoemo dan Taruna Soejono Djojohadikoesoemo, gugur dalam Pertempuran Lengkong.

Nama mereka kemudian diabadikan dalam nama cucu-cucu mereka, tergolong Prabowo Subianto, mantan Danjen Kopassus dan Pangkostrad yang dikala ini menjabat selaku Presiden RI, serta adiknya Hashim Sujono.

“Cucu yakni bentuk dari kesuksesan seorang eyang,” kata Prof Drs Ec Abdul Mongid selaku akademisi.

 

Baca juga: Kakek Prabowo RM Margono Djojohadikoesoemo Diusulkan Kaprikornus Pahlawan Nasional

 

5. Silsilah Keluarga RM Margono

Ayah Margono yakni seorang bangsawan yg melakukan pekerjaan selaku pegawai di pemerintahan kolonial Belanda. Ia ialah keturunan Raden Tumenggung Banyakwide yang dipahami selaku Panglima Banyakwide, pengikut setia Pangeran Diponegoro.

Panglima Banyakwide diangkat selaku Bupati Roma (sekarang Karanganyar, Kebumen) dan menerima gelar Raden Tumenggung Kertanegara IV. Namun, meskipun dibesarkan dalam lingkungan priyayi, RM Margono Djojohadikoesoemo tidak jarang menggambarkan keluarganya selaku aristokrat ‘miskin’.

Semasa hidupnya RM Margono mengaku tidak pernah mendatangi makam leluhurnya yg menampilkan keengganan mengakui leluhur itu alasannya yakni mereka pernah melakukan pekerjaan untuk Belanda.

6. Pendidikan RM Margono

Margono muda mengawali pendidikan di Europeesche Lagere School (sekolah dasar kolonial) pada tahun 1901. Setelah lulus pada tahun 1907, ia melanjutkan studi di Opleiding School Voor Indlandsche Ambtenaren (OSVIA, sekolah bagi pegawai negeri) di Magelang sampai tahun 1911.

7. Kiprah Kepemimpinan RM Margono

Sehari setelah Soekarno dan Hatta dilantik selaku presiden dan wakil presiden, pemerintah membentuk Kabinet Presiden dan Dewan Pertimbangan Agung Ad interim (DPAS) di mana RM Margono Djojohadikoesoemo ditunjuk selaku ketua.

Dalam mengerjakan tugasnya, Margono merekomendasikan untuk membentuk Bank Sentral atau Bank Sirkulasi sesuai dengan ketentuan Undang-Undang Dasar 1945. Ia kemudian menerima mandat dari Soekarno dan Hatta untuk merencanakan pendirian Bank Sentral (Bank Sirkulasi) Negara Indonesia pada 16 September 1945.

Pada 19 September 1945, sidang Dewan Menteri Republik Indonesia tentukan mendirikan suatu bank milik negara yg berfungsi selaku Bank Sirkulasi. Akhirnya, pada 15 Juli 1946, Perppu Nomor 2 tahun 1946 diterbitkan perihal pendirian Bank Negara Indonesia (BNI) dan penunjukan RM Margono Djojohadikoesoemo selaku Direktur Utama BNI.

“Beliau melaksanakan operasional bank yg gres berdiri mudah-mudahan efisien, ini pasti tidak mudah,” urai Prof Abdul. Selama masa jabatannya selaku direktur, pada tahun 1970, status aturan BNI diubah menjadi Persero.

8. Strategi Kepemimpinan dan Warisan RM Margono

Sebagai Direktur Primer BNI pertama, RM Margono mengerjakan kiprah selaku jago strategi, menentukan bank beroperasi dengan efisien walaupun menghadapi tantangan usaha kemerdekaan.

Ia juga berusaha menstabilkan keuangan dan ekonomi dengan menyediakan donasi terhadap pemerintah serta membangun mampu diandalkan bank, baik di dalam negeri maupun secara internasional.

Dalam konteks ketatanegaraan Indonesia, RM Margono memiliki kiprah utama dalam memperkenalkan gagasan hak angket dewan perwakilan rakyat RI pada tahun 1950-an. Ia merekomendasikan resolusi mudah-mudahan dewan perwakilan rakyat melaksanakan hak angket terkait upaya pengadaan dan penggunaan devisa.

Selanjutnya, dibentuklah panitia hak angket yg berisikan 16 anggota, dengan Margono selaku ketua. Tugas panitia ini yakni mengusut laba dan kerugian serta menjaga regime devisen sesuai dengan Undang-undang Pengawasan Devisen tahun 1940 dan perubahannya.

9. Akhir Darma RM Margono

RM Margono Djojohadikoesoemo meninggal pada 25 Juli 1978 di Jakarta, dan dimakamkan di pemakaman keluarga di Desa Dawuhan, Banyumas, Jawa Tengah. Gubernur Jakarta dikala itu Ali Sadikin turut menghadiri pemakaman buat menyediakan penghormatan terakhir.

Selain itu, nama RM Margono Djojohadikoesoemo diabadikan selaku salah sesuatu nama jalan di Jakarta. Kisah hidupnya juga menjadi persepsi gres untuk film “Merah Putih,” sedangkan namanya terpatri pada Gedung RM Margono Djojohadikoesoemo di Universitas Gajah Mada.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *